Tuesday, December 31, 2013

Latihan Shadow Menendang Menggunakan beban karet

Setelah sebelumnya saya memposting latihan shadow menendang menggunakan beban dumbbell sebagai salah satu bentuk latihan yang meningkatkan kekuatan tendangan, kali ini saya akan memposting lagi bentuk latihan berikutnya yang dapat meningkatkan kekuatan tendangan yaitu latihan shadow menendang menggunakan beban karet. latihan ini merupakan salah satu bentuk latihan yang efektif dalam meningkatkan kekuatan tendangan. hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian saya terhadap murid MTs Negeri Model samarinda yang dimana kekuatan tendangannya meningkat setelah diberikan latihan ini.


Menurut Nur Ichsan Halim (2009:15) mengemukakan bahwa “kekuatan adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk menerima beban sewaktu bekerja”. Kekuatan otot merupakan kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot. Untuk meningkatkan kekuatan, sistem latihan yang paling efektif adalah latihan berbeban. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk latihan tendangan beban karet.
Bentuk latihan dengan menggunakan beban karet secara fundemental mengadopsi dari latihan tahanan yaitu menarik beban karet sebagai bahan yang di ikatkan pada bagian tungkai bawah, hal ini dapat menunjukkan suatu  pengembangan yang di tunjukan ke salah satu bagian tubuh tertentu, terutama pada bagian tungkai. Bahwa kondisi fisik yang di kehendaki dapat di kembangkan melalui latihan beban karet ini . latihan berbeban karet pada tungkai adalah suatu bentuk latihan yang memamfaatkan beban luar berupa karet yang di ikatkan pada pergelangan kaki.
Latihan shadow menendang menggunakan beban karet adalah salah satu bentuk latihan menendang tanpa bola yang dilakukan berulang-ulang dengan menggunakan beban yang berupa karet.

Pada posisi siap menendang kemudian melakukan gerakan tendangan dalam keadaan kaki terikat oleh karet yang diikatkan pada salah satu tiang sebagai penyangga karet dengan tujuan untuk melatih kekuatan sehingga menghasilkan daya ledak otot tungkai pada saat melakukan tendangan.
Dalam hal  ini, latihan shadow menendang menggunakan beban karet yang ideal dilakukan dengan cara :
  1. Posisi badan berada di belakang sasaran (membayangkan seolah-olah ada bola) dan posisi badan sedikit condong ke depan.
  2. Kaki tumpuan diletakkan di samping sasaran dan ujung kaki menghadap sasaran dan lutut sedikit ditekuk.
  3. Kaki untuk menendang berada di belakang sasaran dengan punggung kaki menghadap sasaran, kemudian ayunkan kedepan
  4. Tempatkan punggung kaki tepat di tengah-tengah sasaran.
  5. Setelah menendang kaki tetap mengayun ke depan mengikuti arah sasaran.

Monday, December 30, 2013

SEJARAH PERKEMBANGAN SENAM


Senam dalam inggris disebut  “Gymnastic” yang berasal dari kata “gymnos”bahasa Greka ( yunani ) yang berarti berpakaian minim atau telanjang. Orang yunani kuno melakukan latiihan senam di ruangan khusus yang disebut “gymnasium” atau “gymnasion”.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan kekuatan keindahan jasmani secara melakukannya sambil berpakaian minim atau telanjang. Maksudnya mungkin agar dapat leluasa bergerak dan yang melakukan senam ini hanya kaum pria.
Cirri-ciri dan kaidah senam ialah :
Ø  bahwa gerakan-gerakan latihannya selalu dapat di rencanakan, dipilh dan di ciptakan oleh guru, pelatih bahkan oleh pelaku sendiri.
Ø  bahwa gerakan latihannya terpilih itu harus disusun secara sistematis ( merupakan suatu kebulatan latihan )
Ø  Penyusunan dan pemilihan gerakan itu harus sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu dan sesuai dengan tujuan atau kebutuhan si pelaku.
Dengan melihat ciri-ciri dan kaidah-kaidah tersebut maka batasan mengenai senam dapat dirumuskan sebagai latihan jasmani/olahraga yang bentuk-bentuk gerakannya dipilih dan di susun secara sistematis berdasarkan prinsip-prinsip tertentu sesuai dengan kebutuhan  atau tujuan si penyusun.
Unsur-unsur senam :
Ø  caleesthenic merupakan latihan jasmani untuk menambah kekuatan
Ø  tumbling ialah melompat, melenting dan mengguling
senam kondisi adalah senam untuk memelihara atau juga meningkatkan kondisi jasmani.

Senam kesegaran jasmani yaitu kemampuan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan tertentu yang bersifat jasmaniah yang memerlukan persyaratan tertentu.
Pendekatan pola  gerak dominan adalah untuk mengusung niat pengajaran senam yang menyenangkan , perlu terwujudnya melalui pendekatan penngajaran yang tepat.
Kesemua pola gerak dominan itu adalah:
1)     landings  (pendaratan)
2)     static position (posisi-posisi statis)
3)     swings  (ayunan)
4)     Rotations (putaran)
5)     springs (tolakan)
Jenis-jenis pendaratan ( landing ) yaitu:
1)     pendaratan dengan kaki
2)     pendakatan dengan putaran
3)     pendekatan dengan lengan
4)     pendaratan dengan punggung rata.
posisi  statis (statis position)
deskripsi  merupakan tubuh yang dibuat oleh semua posisi”bertahan” ini berhubungan dengan stabilitas equilibrium (titik berat tubuh dalam hubungannya dengan dasar tumpuan.
Jenis-jenis posisi statis:
1. tumpuan  (support)
2. gantungan (hang)
3. keseimbangan  (balance)
Ayunan  terbagi atas beberapa jenis yaitu:
a.   ayunan dari gantung yaitu  terdiri dari ayunan panjang (long swing),ayunan meluncur (glide swings),ayunan dengan posisi tubuh terbalik ,serta ayunan melecet (beat swings)

b. ayunan dari tumpangan yaitu yang bias dibedakan lagi menjadi ayunan pada palang tunggal,misalnya ayunan tumpu depan ,dan ayunan pada palang sejajar,misalnya cross support  swings.

Guru sebagai profesi

Profesi keguruan adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Syarat-syarat Profesi

Ada beberapa hal yang termasuk dalam syarat-syarat Profesi seperti;

1. Standar unjuk kerja.
2. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan standar kualitas.
3. Akademik yang bertanggung jawab.
4. Organisasi profesi.
5. Etika dan kode etik profesi.
6. Sistem imbalan.
7. Pengakuan masyarakat.

Adapun syarat-syarat Profesi Keguruan adalah sebagai berikut;

1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).
4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.
6. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.


Guru sebagai Profesi


Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya merujuk pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Suatu profesi tidak bisa di lakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau dipersiapkan untuk itu. Suatu profesi umumnya berkembang dari pekerjaan (vocational), yang kemudian berkembang makin matang serta ditunjang oleh tiga hal: keahlian, komitmen, dan keterampilan, yang membentuk sebuah segitiga sama sisi yang di tengahnya terletak profesionalisme.
Senada dengan itu, secara implisit, dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, bahwaguru adalah : tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (pasal 39 ayat 1). 

Menurut Dedi Supriadi (1999), profesi kependidikan dan/atau keguruan dapat disebut sebagai profesi yang sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat kematangannya belum sampai pada apa yang telah dicapai oleh profesi-profesi tua (old profession) seperti: kedokteran, hukum, notaris, farmakologi, dan arsitektur. Selama ini, di Indonesia, seorang sarjana pendidikan atau sarjana lainnyayang bertugas di institusi pendidikan dapat mengajar mata pelajaran apa saja, sesuai kebutuhan/ kekosongan/ kekurangan guru mata pelajaran di sekolah itu, cukup dengan “surat tugas” dari kepala sekolah. 

Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab lemahnya profesi guru di Indonesia. Adapun kelemahan-kelemahan lainnya yang terdapat dalam profesi keguruan di Indonesia, antara lain berupa: (1) Masih rendahnya kualifikasi pendidikan guru dan tenaga kependidikan; (2) Sistem pendidikan dan tenaga kependidikan yang belum terpadu; (3) Organisasi profesi yang rapuh; serta (4) Sistem imbalan dan penghargaan yang kurang memadai.

PERKEMBANGAN KREATIVITAS

KREATIVITAS DAN TEORI BELAHAN OTAK

Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Para pakar kreativitas, misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui Teori Belahan Otak (Hemisphere Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere). Otak belahan kiri mengarah kepada cara berfikir konvergen (convergen thinking), sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara berfikir menyebar (difergent thinking).

Berkenaan dengan teori belahan beserta fungsinya ini (Clark, 1983: 24) mengemukakan sejumlah fungsi otak sesuai dengan belahannya itu sebagaimana tertera pada table berikut ini.

Fungsi Belahan Otak Kiri dan Belahan Otak Kanan
(Clark, 1983: 24)

No. Belahan Otak Kiri
(Left Hemisphere)
1.Math, history, language
2.Verbal, limit sensory, input
3.Sequential, measurable
4.Analytic
5.Comparative
6.Relational
7.Referential
8.Linier
9.Logical
10.Digital
11.Scientific, technological

Belahan Otak Kanan
(Right Hemisphere)
1.Self , elaborates and increases variabels,
2.inventive
3.Nonverbal perception and expressiveness
4.Spatial
5.Intuitive
6.Holistic
7.Integrative
8.Nonreferential
9.Gestalt
10.Imagery ,Better at depth perception
11.facial recognition
Mystical, humanistic

PENGERTIAN KREATIVITAS SECARA UMUM

Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Barron (1982: 253) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Guilford (1970: 236) menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai cirri-ciri seorang kreatif. Guilford mengemukakan dua cara berpikir, yaitu cara berpikir konvergen dan divergen. Cara berpikir konvergen adalah cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan pandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan individu untuk mencari berbagai alternative jawaban terhadap suatu persoalan.

Utami Munandar (1992: 47) mendefinisikan kreativitas sebagai berikut. “Kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengolaborasi suatu gagasan.” Utami Munandar (1992: 51) menekankan bahwa kreativitas sebagai keseluruhan kepribadian merupakan hasil interaksi dengan lingkungannya.

Rogers (Utami Munandar, 1992: 51) mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam tindakan. Hasil-hasil baru itu muncul dari sifat-sifat individu yang unik yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya. Demikian juga Drevdahl (Hurlock, 1978: 325) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud kreativitas imajenatif atau sintesis yang mingkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.

Berdasarkan berbagai definisi kreativitas itu, Rodhes (Torrance, 1981) mengelompokkan definisi-definisa kreativitas ke dalam empat kategori, yaitu product, person, procces, dan press.
Product menekankan kreativitas dari hasil karya kreatif, baik yang sama sekali baru maupun kombinasi karya-karya lama yang menghasilkan sesuatu yang baru. Person memandang kreativitas dari segi ciri-ciri individu yang menandai kepribadian orang kreatif atau yang berhubungan dengan kreativitas. Procces menekankan bagaimana proses kreatif itu berlangsung sejak dari mulai tumbuh sampai dengan berwujudnya perilaku kreatif. Adapun press menekankan pada pentingnya faktor-faktor yang mendukung timbulnya kreativitas pada individu.

Jadi, yang dimaksud dengan kreativitas adalah cirri-ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi sesuatu karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan, dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara berpikir divergen.


PENGERTIAN KREATIVITAS MENURUT TORRANCE

Seorang ahli yang sangat menekankan pentingnya dukungan faktor lingkungan bagi berkembangnya kreativitas adalah Torrance (1981: 47). Ia mengatakan bahwa agar potensi kreatif individu dapat diwujudkan, diperlukan kekuatan-kekuatan pendorong dari luar yang didasari oleh potensi dalam diri individu itu sendiri. Menurut Torrance (1981: 48), kreativitas itu bukan semata-mata merupakan bakat kreatif atau kemampuan kreatif yang dibawa sejak lahir, melainkan merupakan hasil dari hubungan interaktif dan dialektis antara potensi kreatif individu dengan proses belajar dan pengalaman dari lingkungannya.
Torrence (1981: 47) medefinisikan kreativitas itu sebagai proses kemampuan memahamikesenjanga-kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru, dan mengomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk dapat melakukan semua itu diperlukan adanya dorongan dari lingkungan yang didasari oleh potensi kreatif yang telah ada dalam dirinya. Dengan demikian, terjadi saling menunjang antara faktor lingkungan dengan potensi kreatif yang telah dimiliki sehingga dapat mempercepat berkembangnya kreativitas pada individu yang bersangkutan.

PENDEKATAN TERHADAP KREATIVITAS

Pendekatan dalam studi kreativitas dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pendekatan psikologis dan pendekatan sosiologis (Torrance, 1981; Dedi Supriadi, 1989). Pendekatan psikologis lebih melihat kreativitas dari segi kekuatan yang ada dalam diri individu sebagai faktor-faktor yang menentukan kreativitas. Salah satu pendekatan psikologis yang digunakan untuk menjelaskan kreativitas adalah pendekatan holistik.
Clark (1988) menggunakan pendekatan holistic untuk menjelaskan konsep kreativitas dengan berdasarkan pada fungsi-fungsi berpikir, merasa, mengindra, dan intuisi. Clark menganggap bahwa kreativitas itu mencakup sintesis dari fungsi-fungsi thinking, feeling, sensing, dan intuiting.

Thinking merupakan berpikir rasional dan dapat diukur serta dikembangkan melalui latihan-latihan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Feeling menunjuk pada suatu tingkat kesadaran yang melibatkan segi emosional. Sensing menunjuk pada suatu keadaan ketika dengan bakat yang ada diciptakan suatu produk baru yang dapat dilihat atau didengar oleh orang lain. Intuiting menuntut adanya suatu tingkat kesadaran yang tinggi yang dihasilkan dengan cara membayangkan, berfantasi, dan melakukan terobosan ke daerah prasadr dan tak sadar.

Pendekatan sosiologis berasumsi bahwa kreativitas individu merupakan hasil dari proses interaksi sosial, di mana individu dengan segala potensi dan disposisi kepribadiannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat individu itu berada, yang meliputi ekonomi, politik, kebudayaan, dan peranan keluarga.

Upaya mempelajari kreativitas dengan menggunakan pendekatan sosiologis, pertama-tama dilakukan oleh Kroeber pada tahun 1914 yang kemudian dilaporkan dalam sebuah karyanya yang berjudul Configuration of Culture (Dedi Supriadi, 1989: 84). Dalam menganalisisnya, Kroeber menggunakan tiga konfigurasi, yaitu waktu, ruang, dan derajat prestasi suatu peradaban. Berdasarkan analisis yang dilakukan, Kroeber mengambil suatu kesimpulan bahwa munculnya orang-orang kreatif tinggi dalam sejarah merupakan refleksi dari pola perkembangan nilai-nilai sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh Gray pada tahun 1958, 1961, dan 1966, kembali menekankan dominannya peranan sosial dalam perkembangan kreativitas (Dedi Supriadi, 1989: 85). Dengan focus perkembangan kebudayaan Barat, Gray menemukan bahwa faktor-faktor ekonomi, sosial, politik, dan peranan keluarga yang kondusif menentukan dinamika dan irama perkembangan kreativitas. Penelitian Naroll dan kawan-kawan (1971) yang dilakukan di India, Cina, Jepang, dan Negara-negara Islam menunjukkan bahwa ada periode-periode tertentu dalam setiap perkembangan kebudayaan yang dapat mendorong berkembangnya kreativitas secara maksimal sehingga dapat muncul orang-orang kreatif. Sebaliknya, ada juga periode-periode tertentu yang justru mengekang berkembangnya kreativitas.

Arieti (1976) mengemukakan beberapa faktor sosiologis yang kondusif bagi perkembangan kreativitas, yaitu
1. Tersedianya sarana-sarana kebudayaan,
2. Keterbukaan terhadap keragaman cara berpikir,
3. Adanya keleluasaan bagi berbagai media kebudayaan,
4. Adanya toleransi terhadap pandangan-pandangan yang divergen, dan
5. Adanya penghargaan yang memadai terhadap orang-orang yang berprestasi.

PERKEMBANGAN KREATIVITAS          

Perkembangan kreativitas juga merupakan perkembangan proses kognitif maka kreativitas dapat ditinjau melalui proses perkembangan kognitif berdasarkan teori yang diajukan oleh Jean Piaget. Menurut Jean Piaget (McCormack, 1982) ada empat tahap perkembangan kognitif, yaitu sebagai berikut.

1.      Tahap Sensori-Motoris
Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Menurut Piaget (Bybee dan Sund, 1982), pada tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya, terutama dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya, termasuk juga dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dan secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan tindakannya.
Mengenai kreativitasnya, menurut Piaget, pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan anak masih berupa tindakan fisik yang bersifat refleksi, pandangannya terhadap objek masih belum permanent, belum memiliki konsep ruang dan waktu, belum memiliki konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan refleks-refleks, belum memiliki tentang diri ruang, dan belu memiliki kemampuan berbahasa.
Piaget juga mengatakan bahwa kemampuan yang paling tinggi pada tahap ini terjadi pada umur 18-24 bulan, yaitu sudah mulai terjadi transisi dari representasi tertutup menuju representasi terbuka. Pada umur ini, anak sudah mulai dapat mereproduksikan sesuatu yang ada dalam memori dan dapat menggunakan simbol-simbol untuk merujuk kepada objek-objek yang tidak ada.

2. Tahap Praoperasional
Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Artinya, semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsure perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.
Pada tahap ini, menurut Jean Piaget ( Bybee dan Sund, 1982 ), anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dalam lingkungannya, termasuk dengan orang tuannya. Pada akhir tahap ini, menurut Jean Piaget ( Bybee dan Sund, 1982 ), kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang, meskipun dalam jangka pendek. Di samping itu, anak memiliki kemampuan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa alam di lingkunganya secara animistik dan antropomorfik. Penjelasan animistic adalah menjelaskan peristiwa-peristiwa alam dengan menggunakan perumpamaan hewan. Adapun penjelasan antropomorfik adalah menjelaskan peristiwa-peristiwa alam dengan menggunakan perumpamaan manusia.

3. Tahap Operasional Konkret
Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan relitas konkret dan berkembang rasa ingin tahunya. Menurut Jean Piaget ( Bybee dan Sund, 1982 ), interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orang tua, sudah semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang.
Menurut Jean Piaget kreativitasnya juga sudah semakin berkembang. Faktor-faktor memungkinkan semakin berkembangnya kreativitas itu adalah sebagai berikut.
1. Anak sudah mulai mampu menampilkan operasi-operasi mental.
2. Anak mulai mampu berpikir logis dalam bentuk sederhana.
3. Anak mulai berkembang kemampuannya untuk memelihara identitas diri.
4. Konsep tentang ruang sudah semakin meluas.
5. Anak sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
6. Anak sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan bantuan ojek-objek konkret.

4. Tahap Operasional Formal
Tahap ini dialami oleh anak pada usai 11 tahun ke atas. Pada tahap ini, menurut Jean Piaget, interaksinya dengan lingkungan sudah amat luas menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa. Pada tahap ini ada semacam tarik-menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi.
Dilihat dari perspektif ini, perkembangan kreativitas remaja pada posisi seiring dengan tahapan operasional formal. Artinya, perkembangan kreativitasnya, menurut Jean Piaget, sedang berada pada tahap yang amat potensial bagi perkembangan kreativitas.

Beberapa faktor yang mendukung berkembangnya potensi kreativitas, antara lain sebagai berikut.
1. Remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proporsional berdasarkan pemikiran logis.
2. Remaja sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara proporsional berdasarkan pemikiran logis.
3. Remaja sudah memiliki pemahaman tentang ruang relatif.
4. Remaja sudah memiliki pemahaman tentang waktu relatif.
5. Remaja sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel dalam menghadapi masalah yang kompleks.
6. Remaja sudah mampu melakukan abstraksi reflektif dan berpikir hipotesis.
7. Remaja sudah memiliki diri ideal ( ideal self ).
8. Remaja sudah menguasai bahasa abstrak.

TAHAP-TAHAP KREATIVITAS

Wallas (Solso, 1991) mengemukakan empat tahapan proses kreatif, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.

1. Persiapan (Preparation)
Pada tahap ini, individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, individu berusaha menjajaki berbagai kemungkinan jalan yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah itu. Namun pada tahap ini belum ada arah yang tetap meskipun sudah mampu mengeksplorasi berbagai alternatif pemecahan masalah.

2. Inkubasi (Incubation)
Pada tahap ini individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara waktu dari masalah yang dihadapinya,dalam pengertian tidak memikirkannya secara sadar melainkan” menghadapinya” dalam alam prasadar.

3. Iluminasi(Illumination)
Pada tahap ini individu sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru serta proses-proses psikologis ysng mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru.


4. Verifikasi(Verivication)
Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta menghadapkannya kepada realitas. Pemikiran divergen harus diikuti dengan pemikiran konvergen. Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran selektif dan sengaja. Penerimaan secara total harus diikuti oleh kritik. Filsafat harus diikuti oleh pemikiran logis.

PENDIDIKAN DAN KESEHATAN SEKOLAH


Khusus untuk bidang pendidikan dan kesehatan, keduanya ternyata memiliki kaitan sangat erat dan saling bersentuhan dalam implementasinya, melalui apa yang disebut sebagai usaha kesehatan sekolah (UKS).
SAAT ini ada tiga persoalan yang dihadapi oleh setiap aparatur pemerintahan di semua daerah, yaitu masih lemahnya infrastruktur, kemudian tingkat pendidikan yang masih rendah, serta akses kesehatan yang minim.
Dari tiga bidang layanan dasar tersebut, unsur-unsur yang ada sebagai potensi yang signifikan perlu diintegrasikan demi upaya mewujudkan solusi penyelesaiannya. Khusus untuk bidang pendidikan dan kesehatan, keduanya ternyata memiliki kaitan sangat erat dan saling bersentuhan dalam implementasinya, melalui apa yang disebut sebagai usaha kesehatan sekolah (UKS).
Dalam sambutannya, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari pernah menyatakan bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) antara lain ditentukan dua faktor yang satu sama lain saling berhubungan, berkaitan, dan saling bergantung, yakni pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan prasyarat utama agar upaya pendidikan berhasil. Sebaliknya, pendidikan yang diperoleh akan sangat mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang.
Oleh karena itu, usaha kesehatan sekolah (UKS) dengan titik berat pada upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas, menjadi sangat penting dan strategis untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Secara faktual, UKS ternyata bukan hanya dilaksanakan di Indonesia, tetapi juga dilaksanakan di seluruh dunia. Untuk itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan konsep sekolah sehat atau health promoting school (sekolah yang mempromosikan kesehatan ).
Health promoting school adalah sekolah yang telah melaksanakan UKS dengan ciri-ciri melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah, menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan aman, memberikan pendidikan kesehatan di sekolah, memberikan akses terhadap pelayanan kesehatan, ada kebijakan dan upaya sekolah untuk mempromosikan kesehatan dan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Masalah kesehatan yang dihadapi oleh anak usia sekolah dan remaja sangat kompleks dan bervariasi. Pada anak usia TK dan SD biasanya berkaitan dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, dan kebersihan diri.
Pada anak usia SMP dan SMA (remaja), masalah kesehatan yang dihadapi biasanya berkaitan dengan perilaku berisiko seperti penyalahgunaan napza (narkotika, psikotropika dan zat Adiktif lainnya), kehamilan yang tak diingini, abortus yang tidak aman, infeksi menular seksual termasuk HIV-AIDS, kesehatan reproduksi remaja, kecelakaan, dan trauma lainnya.
Berkaitan dengan hal itu, pelaksanaan UKS di tingkat TK dan SD berbeda dengan tingkat SMP dan SMA. Pelaksanaan UKS di SMP dan SMA lebih difokuskan pada pencegahan perilaku berisiko yang biasanya sering dilakukan remaja sesuai dengan ciri dan karakteristiknya yang selalu ingin tahu, suka tantangan, dan ingin coba-coba sesuatu hal yang baru serta penanganan akibatnya.
Revitalisasi program UKS menurut jenjang dan tingkat pendidikan inilah yang sangat penting dilakukan dalam konteks kekinian. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, jika dilakukan secara nyata, terencana, dan konsisten, program UKS sangat penting untuk membudayakan perilaku hidup sehat pada anak sekolah yang lebih lanjut diharapkan menjadi agen pembangunan, agen pembudayaan perilaku hidup sehat di lingkungan keluarganya. Dengan begitu, kehadiran UKS di sekolah tak sekadar dalam bentuk fisik, tetapi memang secara nyata memberikan dampak positif bagi peningkatan kesehatan peserta didik dan seluruh lingkungannya.

PENGERTIAN
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program kesehatan anak sekolah. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-21 tahun. Yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 sub kelompok yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19 tahun).
Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup bersih dan sehat anak usia sekolah yang berada disekolah dan Madrasah mulai tingkat SD hingga SLTA.
Usaha Kesehatan Sekolah dirintis sejak tahun 1956 melalui pilot project di Jakarta dan Bekasi yang merupakan kerjasama antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Dalam Negeri.

1.3              DASAR KEBIJAKAN

Dasar kebijakan pelaksanaan usaha kesehatan sekolah adalah undang-undang nomor 4 tahun 1970 tentang pembinaan anak sekolah 

POLA PEMBINAAN

Pembinaan kesehatan anak, dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :                   
1. Pembinaan bayi, balita dan anak pra sekolah (umur 0-6 tahun)
2. Pembinaan kesehatan anak usia sekolah ( umur 7-21 tahun) yang dibagi menjadi 3 kelompok
a. Pra Remaja (7-12 tahun)
b. Remaja (13-21 tahun)
c. Dewasa muda (19-21 tahun)

2.  ALASAN PERLUNYA KESEHATAN SEKOLAH
1. Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawat terhadap masalah kesehatan.
2. Usia sekolah sangat peka untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat.
3. Sekolah merupakan institusi masyarakat yang terorganisasi dengan baik.
4. Keadaan kesehatan anak sekolah akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai.
5. Anak sekolah merupakan kelompok terbesar dari kelompok usia anak-anak yang menerapkan wajib belajar

TUJUAN

· Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan perilaku hidup bersih dan sehat, dan derajat kesehatan siswa serta menciptakan lingkungan yang sehat. Sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal

· Tujuan Khusus
Memupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan derajat kesehatan siswa yang mencakup
1. Memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat serta berpartisipasi aktif didalam usaha peningkatan kesehatan disekolah perguruan agama, dirumah tangga maupun dilingkungan masyarakat.
2. Sehat fisik, mental maupun sosial
3. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan NAPZA


RUANG LINGKUP KEGIATAN
Kegiatan utama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) disebut dengan TRIAS UKS, yang terdiri dari :
1. Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Yang Sehat
Dengan demikian Trias UKS merupakan perpaduan antara upaya pendidikan dengan upaya pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya pendidikan kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan kurikulum sekolah

SASARAN UKS
Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan
1. Sekolah Taman Kanak-Kanak
2. Pendidikan Dasar
3. Pendidikan Menengah
4. Pendidikan Agama
5. Pendidikan Kejuruan
6. Pendidikan Khusus (SLB)
Untuk sekolah dasar usaha kesehatan sekolah diprioritaskan pada kelas I, III dan kelas VI alasannya adalah :
· Kelas I : Merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian tentang kesehatan
· Kelas III : Dilaksanakan dikelas 3 untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS dikelas I dahulu dan langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan dalam program pembinaan UKS
· Kelas VI : Dalam rangka mempersiapkan kesekolah peserta didik kejenjang pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang cukup.

Sasaran Pembinaan
  1. Peserta didik
  2. Pembina UKS (Teknis dan Non Teknis)
  3. Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan
  4. Lingkungan sekolah

Kegiatan UKS
Nemir mengelompokkan Usaha Kesehatan Sekolah menjadi 3 kegiatan pokok : yaitu
1. Pendidikan kesehatan di sekolah (Health Education in School)
a. Kegiatan intrakurikuler, maksudnya adalah pendidikan kesehatan merupakan bagian dari kurikulum sekolah
b. Kegiatan ekstrakurikuler, maksudnya adalah pendidikan kesehatan dimasukkan dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka menanamkan perilaku sehat peserta didik
2. Pemeliharaan Kesehatan Sekolah (School Health Service)
3. Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat mencakup
a. Lingkungan fisik
b. Lingkungan psikis
c. Lingkungan sosial

PENGELOLAAN UKS

· Pelaksana UKS
Yang terlibat dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah adalah :
a. Guru UKS
b. Peserta didik
c. Petugas kesehatan dari puskesmas
d. Masyarakat sekolah (BP3)

· Prinsip-Prinsip Pengelolaan
a. Mengikutsertakan peran serta aktif masyarakat sekolah
b. Kegiatan yang terintegrasi
c. Melaksanakan rujukan
d. Kolaborasi tim

· Kerjasama lintas sektor
Dalam kegiatan usaha kesehatan sekolah melibatkan berbagai departemen terkait sesuai dengan surat keputusan bersama diatas sebagai berikut :
- Departemen Kesehatan
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
- Departemen Dalam Negeri

- Departemen Agama

Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Bagi Anak Luar Biasa


Pendidikan jasmani untuk siswa sekolah luar biasa dan siswa berkelainan telah menjadi prioritas dalam program pendidikan nasional kita. Ini menunjukkan bahwa pemerintah telah menaruh perhatian yang lebih besar kepada para penyandang kelainan, bukan saja yang berada di lingkungan sekolah, tetapi yang berada di lingkungan pendidikan non-formal lainnya.

Pada kenyataannya, para siswa penyandang kelainan memiliki kebutuhan yang lebih besar akan gerak. Seperti diakui oleh para ahli, justru pendidikan jasmani harus merupakan program utama dari program pendidikan luar biasa secara keseluruhan, karena menjadi dasar atau fundasi bagi peningkatan fungsi tubuh yang sangat diperlukan oleh anak-anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan jasmani dapat memberikan sumbangan yang sangat bermakna kepada para siswa luar biasa. Agar sumbangan tersebut dapat diwujudkan, itu berarti bahwa kurikulum harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan individual siswa. Guru pendidikan jasmani perlu menguasai informasi atau pengetahuan yang berkaitan dengan persoalan medis yang berlaku pada siswa luar biasa. Programnya harus spesifik dan keterampilan gerak harus diajarkan dalam pola-pola perkembangan yang baik, yang bermula dari gerak yang paling sederhana dan bertahap maju ke keterampilan yang lebih kompleks.

Guru pendidikan jasmani perlu mengakui bahwa aspek psikologis dari situasi kelas sama dan bahkan lebih penting daripada tujuan-tujuan substantif pendidikan jasmani. Di samping itu, untuk mampu menjaga motivasi anak tetap tinggi, guru perlu memiliki cara-cara yang kreatif dalam pengajaran. Guru pendidikan jasmani harus menanamkan pada dirinya sendiri tujuan dan keinginan untuk membantu siswa dalam mengembangkan citra diri positif, mengembangkan hubungan interpersonal yang efektif, memahami dan menghargai kelebihan dan keterbatasan fisiknya, mengoreksi kondisi fisik khusus yang masih mungkin diperbaiki, mengembangkan suatu kesadaran keselamatan, dan menjadikan anak-anaknya bugar secara fisik sesuai dengan kapasitasnya

LARI JARAK PENDEK


1. Lapangan




















2. Alat-alat :
• Pistol start
• Start block (blok awal) yang dapat disetel (tanpa per).
• Tiang finish 2 buah, tinggi 1,37m, lebar 8cm, tebal 2cm.
• Pita finish dipasang setinggi 1,22m.
• Kursi finish dengan 8 tangga untuk timers (pencatat waktu).
• Stopwatch 24 buah untuk pelari.
• Camera finish (alat foto finish).




3. Tekhnik.

aba-aba start :

1= Bersedia
2= Siap
3= Ya

a. Starting Position (posisi permulaan).

Sekarang hanya menggunakan medium start (permulaan yang sedang), yaitu pada aba-aba “bersedia” maka :
• Jari kaki depan terletak 45cm dibelakang garis start.
• Jari kaki belakang mundur lagi 20cm.
• Kedua lengan tegak lurus dibelakang garis start, pandangan 5m didepan garis start.
Pada aba-aba siap lutut belakang naik, pantat lebih tinggi dari
kepala, dan kepala maju jauh.




b. Starting Action

Pada aba “Ya” gerakan meluncur maju harus meledak seperti pelurubukan seperti mobil baru berangkat. Gerakan kaki secepat mungkin, tiap kali harus menekan tanah sampai lutut lurus, kaki depan naik sampai maksimal. Badan condong sekali kedepan, gerakan tangan secepat mungkin, sudut di siku tangan selalu sudut lancip, meskipun pada saat tangan dibelakang.



c. Sprinting Action.

Gerakan kaki secepat mungkin, tiap kali harus menekan tanah sampai lutut lurus, kaki depan naik sampai maksimal. Badan condong sekali kedepan, gerakan tangan secepat mungkin, sudut di siku tangan selalu sudut lancip, meskipun pada saat tangan dibelakang, hanya disini badannya condong sedikit ke depan ±25º.



d. Finish Action

Ada tiga cara melewati finish, yaitu :

• Lari lurus terus tanpa perubahan.
• Ambyuk, dada maju, tangan kebelakang.
• Dada diputar hingga salah satu bahu maju kedepan.

4. Disqualified

• Start mendahului aba-aba sampai dua kali.
• Mengganggu pelari lain selama lari.
• Masuk lintasan lain hingga mendapat keuntungan.
• Tidak sampai masuk finish.



B. LOMPAT TINGGI

1. lapangan.















a. Bak Lompat : 6X4m (diisi dengan pasir atau potongan karet busa)
b. Awalan : 15m atau 18m (dibuat dari sintel seperti lintasan lari)



2. Alat-alat.

• Tiang lompat tinggi dengan tempat meletakkan bilah yang ukurannya 6x4cm
• Panjang bilah lompat 3,66m sampai 4,00m
• Bentuk bilah :

a. Segitiga sama sisi dari 3cm.
b. Bulat dengan garis menengah 3cm.
c. Berat bilah lompat maximal 2kg diberi cat hitam putih.

3. Tekhnik.

a. Awalan harus tetap dan tepat.
Dengan demikian pelompat tidak ragu-ragu lagi untuk menumpu, untuk itu diperlukan tanda pengontrol (checkmark). Ada dua checkmark yaitu :
Pertama : pada permulaan awal.
Kedua : kira-kira empat langkah terakhir sebelum menumpu.
b. Gaya Lama dan Gaya Baru.
• Yang termasuk gaya lama yaitu :

1. Gaya Jongkok.
(Bagi yang kaki tumpunya kiri) awalan dari samping kanan, menumpu dengan kaki kiri, diatas mistar sikapnya jongkok jatuh dengan kaki kanan. (gaya ini sangat tidak efektif).

2. Gaya Gunting.
Awalan dari kanan, menyudut dengan mistar kira-kira 60º, menumpu dengan kaki kiri, diatas mistar sikapnya “tidur miring” tetapi menyudut, jatuh dengan kaki kiri lagi. (Gaya ini kurang efektif karna miring diatas mistar).

3. Gaya Berguling.
Awal dari kiri, menyudut lancip dengan mistar, menumpu dengan kaki kir, diatas mistar sikapnya “miring dan sejajar”dan jatuh dengan kaki kiri lagi. (gaya ini juga kurang efektif).



• Yang termasuk gaya baru.

1. Gaya Straddle

(bagi yang kaki tumpuannya kiri) awalan dari samping kiri, menyudut lancip dengan mistar, menumpu dengan kaki kiri, diatas mistar sikapnya “tiarap dan sejajar” jatuh dengan kaki kanan (gaya ini paling efektif, karena pada sikap tiarap badan menjadi tipis dan titik berat badan dapat lebih tyinggi).

2. Gaya Terlentang.

Awalan dari muka, membusur membelok ke kiri (berlawanan arah jarum jam) menumpu dengan kaki kiri, kaki kanan diayun sejajar dan di muka mistar melewati mistar dengan sikap terlentang dan kepala didahulukan, lutut di tekuk ke atas jatuh pada punggungnya (sama efektifnya dengan gaya straddle, badan tipis, titik bertanya tinggi).



4. Dsqualified

• Menjatuhkan mistar
• Menyentuh mistar, tiang lompat atau tanah di belakang tiang lompat dengan salah satu anggota badan, tidak jadi melompat.
• Menumpu dengan dua kaki.
• Dipanggil sudah dua menit tapi belum melompat.



C. LEMPAR CAKRAM

1. Lapangan
















2. Alat-alat.

Syarat lembing internasional yaitu :

Pria Wanita
1. Berat 800gr 600gr
2. Panjang 260/270cm 200/230cm
3. Panjang Mata Lembing 15cm 15cm
4. Dari Ujung Sampai Titik Berat 90/100cm 85/95cm
5. Diameter Bagian Yang Tertebal 2,5/3,5cm 2/3cm
6. Lebar Pegengan Tali 15/16cm 14/15cm
• Rol meter baja yang telah disyahkan.
• Bendera-bendera untuk memberi tanda bekas lemparan.



3. Tekhnik.

Cara memegang lembing ada tiga yaitu :
  • Dipegang diatas bahu (ujung lembing ke atas).
  • Dipegang dimuka dada (ujung lembing kebawah).
  • Dipegang dibelakang, menempel tangan kanan yang diluruskan.



Agar pegangan ini kuat, seluruh jari memegang, jari telunjuk menekan pada permukaan tali.



Cara mengambil awalan.
  • Dengan checkmark pertama dan kedua seperti pada lompat jauh.
  • Selama lari, lembing bergerak maju mundur, seirama dengan lenggang tangan.
  • Langkah silang (pada checkmark kedua) dimulai dengan memutar telapak kaki kanan 60º ke kanan, sedang tangan kanan menarik lembing kebelakang, hingga ujung lembing lebih tinggi dari kepala (arah ujung lembing harus sama dengan sudut lemparan).
  • Tubuh diputar 90º kekanan dan kepala jauh ke samping kanan (kearah awalan).
  • Dengan sikap demikian ini kaki kiri ikut diputar 60º ke kanan, dan langkah kaki kanan selanjutnya harus menyilang dimuka kaki kiri.
  • Sekarang kaki kiri dilangkahkan lebar, siap untuk melempar.
  • Selama menjalankan langkah silang ini, lembing tidak boleh bergerak dan arahnya lurus betul kedepan.



Cara melempar.

  • Pada posisi “siap lempar” ini, berat badan hampir seluruhnya pada kaki kanan meskipun kaki kiri sudah diletakkan ditanah, tangan kanan lurus terus kebelakang dan jauh, proyeksi kepala jatuh dibelakang telapak kaki kanan.
  • Lemparan dimulai dengan memindah berat badan ke kiri yang lalu diluruskan.
  • Bahu kiri diputar ke kiri dibarengi dengan lemparan tangan kanan, yang gerakannya searah dengan jalannya lembing (seperti melempar bola), lembing lewat diatas kepala, lemparannya dipimpin siku kanan.
  • Tubuh jangan membungkuk.
  • Sikap lembing pada saat terakhir, menentukan segala-galanya, karena itu harus betul-betul sesuai dengan sudut lemparan, (sudut lemparan 35º atau 40º).
  • Follow through, pada lempar lembing pasti menjadikan sipelempar maju 1,5m sampai 2m, karena itu 1,5m sebelum garis batas, lembing sudah harus dilemparkan.



4. Disqualified

  • Menyentuh besi batas lemparan sebelah atas.
  • Menyentuh tanah diluar besi batas lemparan.
  • Setelah lempar keluar lewat garis lempar (lewat depan).
  • Lembing jatuh diluar sektor lemparan.
  • Ujung lembing tidak memberi bekas ditanah.
  • Lembing tidak dipegang pada pembalutnya.
  • Lembing dipegang dengan dua tangan (umpamanya dipegang ujungnya dengan tangan yang lain).
  • Dipanggil sudah dua menit tapi belum melempar.

cara merubah file word ke format gambar/JPG

Merubah file PDF ke Word atau Excel atau sebaliknya mungkin sudah biasa saya lakukan, bahkan hampir setiap hari karena ada-ada saja invoic...