Pedoman umum
tentang arah dan sasaran ini diuraikan secara garis besar dalam bentuk lima tujuan perubahan
yang harus terjadi pada anak didik. Kelima tujuan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Murid
menjadi sadar akan potensi geraknya.
Pembelajaran
dalam pendidikan jasmani harus mampu membangkitkan minat anak untuk menggali
potensinya dalam hal gerak. Karena itu anak harus diberi dorongan untuk terus
menerus menjelajahi kemampuan-kemampuannya. Tugas ini tidak mudah dan hasilnya
tidak segera. Dari pertemuan ke pertemuan, mungkin guru hanya akan melihat kemajuan
yang lambat, tersendat-sendat, serta seolah berjalan di tempat.
Memang itulah yang harus disadari oleh semua guru penjas. Tidak ada kemajuan
dalam hal belajar gerak yang bersifat kejutan. Semua kemajuan mengikuti pola
yang teratur. Jangan mengharapkan keajaiban. Harus sabar dan bersikap optimis
bahwa murid kita akan mencapai kemajuan. Bila tiba waktunya, jangan kaget jika
tiba-tiba guru sadar anak-anak sudah bertambah tinggi dan besar serta semakin
terampil gerakannya. Itulah upah dari kesabaran guru dalam mendidik anak.
Disitulah guru akan merasakan betapa mulianya tugas guru penjas.
Di pihak
lain, sebagai guru kita harus maklum bahwa setiap murid memiliki kekhasannya
masing-masing. Ada
yang masuk ke kelas dengan bekal seperangkat pengalaman yang memadai dan ada
pula yang tidak membawa bekal sama sekali. Artinya, ada anak yang kelihatan
mudah dalam mempelajari gerak-gerak tertentu, sementara yang lainnya menemui
kesulitan. Ada
anak yang gigih ingin bisa, ada juga anak yang mudah menyerah. Perbedaan individual
dalam hal kematangan dan pengalaman masa lalunya, menyebabkan kita sulit untuk
menyeragamkan kecepatan kemajuan anak-anak dalam hal belajar gerak.
Keluhan-keluhan
seperti “saya tidak bisa” atau “ saya tidak berbakat” dan ucapan sejenis
lainnya akan sering terdengar dari mulut anak-anak. Bahkan ada anak yang belum
mencoba sekalipun sudah mengatakan tidak mau melakukan, karena dia yakin tidak
akan berhasil. Bagaimanakah guru seharusnya menghadapi kasus serupa itu? Tentu
jawaban dan cara guru harus benar-benar tepat agar tidak kian ‘membenamkan’
anak dalam citra rendah diri yang dibuatnya sendiri. Tanamkan kesadaran pada
anak-anak bahwa mempelajari keterampilan dan gerak, bukanlah proses yang
tergesa-gesa. Sebab diperlukan waktu dan usaha yang tidak sebentar untuk
menguasai sesuatu. Yang penting jangan cepat menyerah. Ungkapan guru seperti,
“cobalah lakukan lagi. Kamu bukan tidak bisa, tapi belum bisa”, adalah salah
satu ungkapan yang bisa membesarkan hati anak.
Perbedaan anak-anak tersebut harus membuat guru penjas menjadi lebih arif dalam
menentukan tugas bagi masing-masing anak. Jangan sampai anak diberi tugas yang
seragam dengan kriteria keberhasilan yang sama bagi semua orang. Kenali
kemampuan murid, baik per kelompok maupun perorang, agar penentuan tugas mereka
bisa disesuaikan. Dengan cara itu anak akan merasa bahwa guru memang mendorong
semua siswa untuk mau dan mampu belajar.
2. Murid
dapat bergerak dan tampil baik secara meyakinkan
Ketika murid
terlibat dalam proses pembelajaran, mereka harus merasakan adanya ‘perasaan
mampu’, lancar, dan tidak tersendat-sendat. Perasaan demikian hadir dari adanya
rasa aman selama mereka mulai belajar hingga menguasai suatu ketersampilan.
Rasa aman tadi, tentu tidak timbul sendiri, tetapi merupakan kondisi yang selalu
diciptakan oleh guru. Bagaimana rasa aman bisa timbul dalam pembelajaran
penjas?
Rasa aman akan timbul dari situasi belajar yang menyenangkan dan jauh dari
keadaan yang menekan dan menegangkan. Keadaan demikian bisa timbul dari tindak
tanduk guru yang memang santun, tidak memalukan murid, serta usahanya yang
sungguh-sungguh untuk menciptakan lingkungan yang aman. Dalam hal ini, bukan
berarti bahwa guru tidak boleh tegas. Guru harus tegas tapi “hangat” dalam
pendekatannya, terutama dalam menerapkan peraturan-peraturan yang mendukung
terciptanya lingkungan yang aman tadi. Lingkungan pembelajaran yang aman akan
mendukung kesungguhan dan kemauan anak untuk mempelajari keterampilan hingga
taraf penguasaan tertinggi. Anak akan merasa bersemangat untuk terus berlatih,
baik secara mandiri maupun berkelompok, sehingga anak merasa yakin untuk
menguasai keterampilan yang bisa diandalkan.
Penguasaan
yang baik pada keterampilan tertentu akan menumbuhkan hormat diri dan
kepercayaan diri anak. Ini timbul dari rasa nyaman ketika menyadari dirinya
memiliki kemampuan, serta timbul dari pengakuan guru dan teman-temannya. Karena
itu penekanan pada timbulnya ‘perasaan sukses’ ini harus diupayakan oleh guru
dengan cara menetapkan tingkat kesulitan tugas yang sesuai bagi setiap anak.
Untuk
menciptakan suasana belajar seperti itu guru perlu membedakan tahapan
pembelajaran yang akan dilalui anak. Pada tahap awal, guru harus membantu anak;
agar mampu memusatkan diri pada proses, bukan pada hasil. Sedangkan pada tahap
selanjutnya, guru harus siap untuk meningkatkan taraf kesulitan keterampilan
yang sedang dipelajari, sehingga tingkat kemampuan (kompetensi) dan kepercayaan
diri anak turut meningkat pula. Penyajian bahan pelajaran secara bertahap
sangat dianjurkan.
3. Murid
mengerti dan mampu menerapkan konsep-konsep gerak yang mendasar
Keterampilan
dalam berbagai cabang olahraga memiliki struktur tersendiri, lengkap dengan
konsep dan prinsip yang mendasarinya. Memahami konsep-konsep itu merupakan
syarat untuk menguasai keterampilan yang dipelajari. Semakin terkuasai
konsepnya, semakin mudah suatu keterampilan dikuasai.
Pelajaran
pendidikan jasmani adalah salah satu tempat untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman anak terhadap berbagai konsep dasar keterampilan gerak. Kemampuan
pemahaman ini akan menjadi bekal yang sangat berguna bagi siswa untuk menjadi
‘pembelajar’ dalam banyak cabang olahraga ketika mereka menjadi dewasa kelak.
Bahkan kemampuan ini dapat ditransfer untuk memahami bidang lain.
Untuk
mendukung tujuan tersebut pelajaran pendidikan jasmani harus mampu memberikan
kesempatan kepada anak untuk memahami konsep dasar dari berbagai keterampilan
yang dipelajarinya. Metode dan
pendekatan yang digunakan oleh guru juga amat menentukan. Penelitian dalam
bidang pedagogi olahraga (sport pedagogy) tentang pendekatan induktif, metode
pemecahan masalah dan diskoveri terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan
anak dalam pengembangan pengetahuan dan penalaran. Pengantar dan dialog yang
bersifat terbuka, terbukti dapat memicu keinginan anak untuk turut menyumbang
saran dan pendapat yang berguna dalam melatih keberanian anak angkat bicara.
Karena itu, guru penjas perlu membiasakan murid dengan acara dialog. Guru
hendaknya melatih anak untuk mau bertanya dan bicara mengemukakan pendapatnya, serta
jawaban guru harus mencerminkan bahwa pertanyaan tersebut dianggap berharga.
Coba Anda bayangkan bagaimana perasaan murid ketika ia bertanya guru malah
memperlihatkan muka galak dan menjawab : “Makanya kalau guru ngomong dengarkan.
Telinganya dipasang baik-baik, supaya tidak masuk telinga kanan, keluar telinga
kiri…..!”
Memang anak
tidak selamanya mendengarkan dengan baik. Itu perlu diingatkan. Tetapi cara
mengingatkan anak supaya menjadi pendengar yang baik dan menghargai orang yang
bicara, bukan dengan pendekatan keras seperti di atas. Bukan saja anak merasa
sakit hati dan rendah diri dengan jawaban guru tadi, tapi juga membuat
anak-anak yang lainnya tidak berani mengajukan pertanyaan.
4. Murid
menjadi orang yang serba bisa dalam gerak
Guru tentu
harus melihat bahwa murid bisa mempelajari apa saja yang diperlukannya dalam
hal keterampilan gerak. Adalah tindakan tidak bertanggung jawab jika seorang
guru cenderung membatasi keterampilan yang harus dikuasai oleh murid-muridnya.
Jangan mentang-mentang guru hanya menyukai sepakbola lalu hanya mengajar
sepakbola sepanjang tahun. Ini jelas akan merugikan anak. Guru penjas harus
mampu melihat keterampilan dasar serta pola gerak dominan yang mendasari suatu
cabang olahraga atau suatu permainan. Keterampilan dasar serta pola gerak
dominan itulah yang seharusnya ditekankan oleh guru untuk dipelajari oleh anak
secara memadai. Alokasikan waktu yang cukup bagi anak untuk mempelajari
berbagai keterampilan gerak dasar sehingga membangun suatu dasar yang kuat dan
luas bagi peningkatan keterampilan berikutnya.
Memperkaya khasanah gerak anak dalam setiap pembelajaran penjas merupakan tugas
prioritas bagi guru penjas, agar kelak anak mempunyai dasar keterampilan yang
lengkap untuk memperdalam olahraga apapun. Kalau dasarnya baik, anak akan
menjadi orang yang serba bisa dalam bidang olahraga.
5. Murid
menghargai olahraga yang menyehatkan
Dalam
pembelajaran pendidikan jasmanilah murid harus belajar menyadari hubungan
antara kegiatan yang teratur dengan timbulnya perasaan nyaman dan sehat. Dengan
kegiatan tersebut murid harus menyadari bahwa dirinya lebih tahan terhadap
serangan penyakit dan pengaruh stress. Dengan kesadaran tersebut diharapkan
murid selanjutnya akan menghargai kegiatan olahraga sebagai sesuatu yang
bermanfaat dan akan memilih mengisi waktu-waktu luangnya di luar sekolah dengan
kegiatan yang aktif. Karena itu proses yang ditawarkan guru penjas lewat
programnya harus menyebabkan anak mencintai kegiatan pendidikan jasmani dan
olahraga, serta memberikan dasar yang baik bagi kegiatan yang sama di jenjang
pendidikan berikutnya dan di masa dewasanya. Hal ini memang tidak mudah, tapi
harus diupayakan secara sengaja oleh guru penjas.
No comments:
Post a Comment