Persoalan
konflik antar makna pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga perlu diselesaikan.
Keduanya tidak perlu dipertentangkan. Yang berbeda adalah dalam hal pemahaman.
Keduanya sebenarnya mengandung fungsi mendidik. Penyelenggaraan pendidikan
jasmani bisa berbeda karena berbeda dalam rancangan kurikulumnya. Di negara
maju, pendidikan jasmani dilaksanakan dengan berorientasi pada model-model
kurikulum yang berlaku. Model kurikulum inilah yang menentukan perbedaan
tekanan terhadap program yang dilaksanakan, apakah berorientasi pada
peningkatan kesegaran jasmani atau keterampilan gerak, misalnya. Untuk
memperjelas perbedaannya, mari kita simak model kurikulum sebagai berikut:
• pendidikan
gerak (movement education)
• pendidikan olahraga (sport education)
• pendidikan petualangan (adventure education)
• pendidikan perkembangan (developmental education)
• pendidikan kebugaran (fitness education)
• pendidikan disiplin keilmuan olahraga (kinesiological studies)
Pendidikan Gerak
Pendidikan
gerak (movement education) menekankan pendidikan lewat gerak yang mula-mula
dikem- bangkan oleh Rudolph Laban di Inggris. Laban mengembangkan konsep-konsep
gerak yang berkaitan dengan ruang dan waktu sebagai bahan untuk pengembangan
gerak-gerak tari. Aliran Laban akhirnya dibawa ke Amerika Serikat dan diadopsi
sebagai program pendidikan jasmani.
Lewat pendidikan gerak, keterampilan gerak anak dikembangkan melalui
pelaksanaan yang bervariasi, dikaitkan dengan ruang, waktu, arah serta tingkat
ketinggian di mana gerakan dilakukan. Di sini tidak ada istilah benar atau
salah. Anak-anak akan lebih menguasai pergerakan tubuhnya disertai
pengertiannya. Dengan demikian diharapkan siswa menguasai tubuhnya dan mampu
mengembangkan kapasitas fisik dan mentalnya untuk belajar, baik keterampilan
fisik maupun keterampilan akademis. Model ini cocok dikembangkan di SD.
Pendidikan
olahraga
Jika program
penjas di Indonesia
masih berwarna pendidikan olahraga seperti sekarang ini, maka kecenderungan ini
hanyalah masalah orientasi model kurikulum yang dianut seperti maksud di atas.
Sayangnya kecenderungan di Indonesia ,
penggunaan model ini tidak menyebabkan anak dibekali dengan pengalaman
berolahraga yang sebenarnya, karena programnya amat terbatas.
Pendidikan
perkembangan
Model
pendidikan perkembangan memfokuskan tujuan pendidikannya pada aktualisasi diri,
yang menekankan pertumbuhan pribadi dari setiap anak. Kurikulumnya dikembangkan
berdasarkan tingkat perkembangan anak, yang berusaha menyeimbangkan penekanan
pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Pendidikan
jasmani yang berorientasi pada developmental education mengarahkan kegiatan
anak melalui pemenuhan kebutuhan keterampilan pada diri anak. Disesuaikan
dengan tahap perkembangan fisik dan mentalnya, setiap kelompok anak diarahkan
pada keterampilan gerak yang dibutuhkan anak. Misalnya, bagi anak usia di bawah
lima tahun,
perlu dikembangkan kemampuan pengaturan tubuhnya dan bagi anak usia di atasnya
perlu dikembangkan keterampilan dasarnya. Sementara bagi anak yang lebih dewasa
diarahkan pada keterampilan – keterampilan khususnya, seperti yang dikembangkan
dalam cabang-cabang olahraga tertentu.
Pendidikan
petualangan
Pendidikan
petualangan (Adventure education) dikembangkan atas dasar kebutuhan untuk
mengatasi tekanan-tekanan hidup yang semakin berat. Programnya berisi kegiatan
yang menantang di alam bebas dan disesuaikan dengan kebutuhan para remaja untuk
bertualang mengatasi resiko dan perjuangan melawan tantangan alam. Mendaki
gunung, menyusuri sungai, berkemah, memanjat tebing, dan variasi lain di alam
terbuka merupakan contoh program pendidikan petualangan.
Pendidikan
kebugaran
Sekolah
memang bisa menekankan orientasinya pada pengembangan kebugaran murid-muridnya.
Program pendidikan jasmani seperti itu mengarahkan anak supaya aktif berlatih
di sekolah dan di luar sekolah untuk hidup sehat dan memiliki kemampuan fisik
yang baik. Pelaksanaan senam kebugaran jasmani (SKJ) merupakan contoh dari
program pendidikan kebugaran. Persoalannya adalah mungkin frekuensi dan isi
latihannya perlu ditingkatkan, karena hanya bersandar pada SKJ yang ada
sekarang ini, unsur kekuatan, kelentukan, serta power anak tidak akan
berkembang maksimal.
Kinesiological
Studies
Model studi
kinesiologi pada hakikatnya hampir sama dengan model pendidikan gerak dalam
orientasi nilainya, tetapi menggunakan kegiatan gerak untuk mempelajari
dasar-dasar disiplin gerak manusia (misalnya fisiologi latihan, biomekanika,
dan kinesiologi). Karena itu, model inipun disebut juga sebagai pendidikan
disiplin keilmuan olahraga.
Penekanan
pembelajaran model ini adalah pada pengembangan keterampilan memecahkan
masalah, khususnya dengan menggunakan kombinasi antara pembelajaran konsep dan
prakteknya di lapangan. Tujuan utamanya adalah menumbuhkan dan mengembangkan
pemahaman kognitif tentang bagaimana dan mengapa suatu keterampilan gerak
berlangsung demikian. Model ini didasari dua pendekatan yang khas dalam studi
kinesiologi, yaitu pendekatan pertama, isi atau materi diatur dalam sebuah
unit-unit kegiatan, dan konsep-konsep disiplin utama diintegrasikan dengan
pengajaran keterampilan; pendekatan kedua, unit-unit kegiatan diatur di sekitar
konsep-konsep khusus yang menjadi prioritas di atas pengajaran keterampilan.
Pemakaian
model ini umumnya dipilih oleh guru-guru penjas di tingkat sekolah menengah.
Meskipun banyak sekolah menengah telah memasukkan satu atau dua unit konsep
dalam kurikulumnya, khusus dipadukan dengan sehat-bugar-jasmani, sedikit sekali
sekolah yang hanya memakai model kinesiologi secara tunggal. Tetapi tidak ada
salahnya model inipun sudah mulai diperkenalkan di SD dengan persoalan prinsip
gerak yang disederhanakan.
kunjungi blog: https://haqisyafiq.blogspot.co.id
ReplyDeleteDaftar pustaka?
ReplyDelete