Apakah
sebenarnya tujuan pendidikan jasmani? Menjawab pertanyaan demikian, banyak guru
yang masih berbeda pendapat. Ada
yang menjawab bahwa tujuannya adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa
dalam berolahraga. Ada
pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf kesehatan anak yang
baik, dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang mengatakan, bahwa tujuan
pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kesemua jawaban
di atas benar belaka. Hanya saja barangkali bisa dikatakan kurang lengkap,
sebab yang paling penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat menyeluruh.
Secara
sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
- Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
- Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
- Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
- Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
- Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
- Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.
Diringkaskan
dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu
harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah
pentingnya dalam domain afektif.
Pengembangan
domain psikomotorik secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama,
pertama mencapai perkembangan aspek kebugaran jasmani, dan kedua, mencapai
perkembangan aspek perseptual motorik. Ini menegaskan bahwa pembelajaran
pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang
kemampuan kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan
gerak keterampilan itu sendiri.
Kebugaran jasmani merupakan aspek penting
dari domain psikomotorik, yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis
organ tubuh. Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi
fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem
peredaran darah, sistem pernapasan, sistem metabolisme, dll.)
Dalam
pengertian yang lebih resmi, sering dibedakan konsep kebugaran jasmani ini
dengan konsep kebugaran motorik. Keduanya dibedakan dalam hal: kebugaran
jasmani menunjuk pada aspek kualitas tubuh dan organ-organnya, seperti kekuatan
(otot), daya tahan (jantung-paru), kelentukan (otot dan persendian); sedangkan
kebugaran motorik menekankan aspek penampilan yang melibatkan kualitas gerak
sendiri seperti kecepatan, kelincahan, koordinasi, power, keseimbangan, dll.
Namun dalam naskah ini, penulis akan menggunakan konsep kebugaran jasmani
tersebut untuk menunjuk pada keseluruhan aspek di atas.
Pengembangan
keterampilan gerak merujuk pada proses penguasaan suatu keterampilan atau tugas
gerak yang melibatkan proses mempersepsi rangsangan dari luar, kemudian
rangsangan itu diolah dan diprogramkan sampai terjadinya respons berupa
tindakan yang sesuai dengan rangsangan itu. Penekanan
proses pembelajarannya lebih banyak ditujukan pada proses perangsangan yang
bervariasi, sehingga setiap kali anak selalu mengerahkan kemampuannya dalam
mengolah informasi, ketika akan menghasilkan gerak. Dengan cara itu, kepekaan
sistem saraf anak semakin dikembangkan.
Domain
kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi
adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam
pendidikan jasmani, tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan faktual
semata-mata, tetapi meliputi pula pemahaman terhadap gejala gerak dan
prinsipnya, termasuk yang berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani
dan olahraga serta manfaat pengisian waktu luang.
Domain
afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang
kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu
dikembangkan, tetapi yang lebih penting adalah konsep diri dan komponen
kepribadian lainnya, seperti intelegensia emosional dan watak. Konsep diri
menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya. Konsep
diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya
dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak.
Intelegensia
emosional mencakup beberapa sifat penting, yakni pengendalian diri, kemampuan
memotivasi diri, ketekunan, dan kemampuan untuk berempati. Pengendalian diri
merupakan kualitas pribadi yang mampu menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi
yang menjadi sifat penting dalam kehidupan sosial dan pencapaiannya untuk
sukses hidup di masyarakat. Demikian juga dengan ketekunan; tidak ada pekerjaan
yang dapat dicapai dengan baik tanpa ada ketekunan. Ini juga berlaku sama
dengan kemampuan memotivasi diri, kemandirian untuk tidak selalu diawasi dalam
menyelesaikan tugas apapun.
Di lain
pihak, kemampuan berempati merupakan kualitas pribadi yang mampu menempatkan
diri di pihak orang lain, dengan mencoba mengetahui perasaan oran lain. Karena itu pula empati disebut
juga sebagai kecerdasan hubungan sosial. “Cubitlah diri kamu sendiri, sebelum
mencubit orang lain. Niscaya kamu akan mengetahui, apa yang boleh dan tidak
boleh kamu lakukan pada orang lain,” merupakan kearifan leluhur, yang jika
diperas maknanya, tidak lain adalah penekanan kemampuan berempati.
No comments:
Post a Comment